MAN ADALAH DASAR KESELAMATAN DAN KEHIDUPAN
Halaman 1 dari 1
MAN ADALAH DASAR KESELAMATAN DAN KEHIDUPAN
IMAN ADALAH DASAR KESELAMATAN DAN KEHIDUPAN
By MBSB
Minggu, 27 Juni 2021
Minggu Biasa XIII
Bacaan: Keb.1:13-15;2:23-24; 2Kor.8:7.9.13-15; Mrk.5:21-43.
Melalui bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini, kita diajak untuk merefleksikan kembali akan kualitas dan sikap iman kita, terutama jika kita menghadapi beban hidup, sakit penyakit berat yang belum sembuh, bahkan situasi kritis yang membawa ke kematian. Secara imani, kita tahu bahwa Allah menciptakan dunia itu baik adanya, tidak ada sakit penyakit atau kematian yang akan menimpa kita. Allah menciptakan segala sesuatu supaya makhluk-makhluk ciptaanNya ini menemukan kebahagiaan dan keselamatan kekal. Namun karena kedengkian setan, maka maut masuk ke dunia dan manusia jatuh ke dalam keberdosaan (bdk. Keb.2:24). Itulah rancangan kehidupan yang digambarkan dalam Kitab Kebijaksanaan, sebagaimana kita dengarkan melalui bacaan pertama. Lalu, bagaimana dengan kenyataannya dalam kehidupan kita sekarang ini?
Kita pasti memiliki pengalaman menderita, tidak hanya menderita karena sakit penyakit yang lama tidak sembuh, tetapi juga menderita karena beban hidup kita saat ini. Seperti di masa pandemi ini, kita semua menghadapi ancaman “kematian”, bukan saja kematian dalam arti meninggal dunia akibat sakit penyakit, pandemi atau lainnya, melainkan kematian akan sumber pendapatan keluarga akibat hilangnya pekerjaan, yang menimbulkan kesulitan kita untuk mencukupi kebutuhan harian atau kebutuhan lainnya.
Menyikapi seperti situasi saat ini, mari kita mendalami tentang sikap iman, sebagaimana yang dikisahkan dalam Injil hari ini, yakni tentang kesembuhan anak Yairus yang sakit dan seorang wanita penderita pendarahan dari bahaya kematian. Mereka sembuh, karena Yesus sendiri mengatakan “Jangan takut, percaya saja!” (bdk. Mrk. 5:36), untuk meneguhkan hati Yairus yang mendengar anaknya sudah mati (bdk. Mrk. 5:35), dan menanggapi sikap tulus atas kejujuran dari wanita penderita pendarahan itu. Yesus melihat bahwa iman mereka kepadaNya, yang telah menyelamatkan dan menyembuhkan mereka dari penyakitnya (bdk. Mrk. 5:34, 42).
Dengan mengacu pada pengalaman Yairus dan wanita penderita pendarahan itu, jika kita mengalami persoalan hidup yang berat, maka yang harus kita lakukan adalah kita datang (bdk. Mrk. 5:22) atau mendekatkan diri kepada Yesus (bdk. Mrk. 5:27) dan memohon dengan sangat kepadaNya (bdk. Mrk. 5:24) untuk menghilangkan beban berat kita. Dan ketika kita datang kepadaNya, kita harus punya iman bahwa Yesus mampu menyembuhkannya, bukan karena Yesus itu seorang tabib atau nabi, tetapi karena ada daya dalam diri Yesus, yang bersumber dari Allah, karena Yesus adalah Anak Allah (bdk. Mrk.5:28). Sikap iman yang demikianlah, yang membuat Allah, melalui diri Yesus, menganugerahkan apa yang diperlukan umatNya sesuai dengan tujuan dan kehendak Allah sendiri.
Dari kisah penyembuhan itu, kita bisa temukan hal utama yang menjadi kekuatan hidup kita, yaitu bahwa iman itu adalah dasar keselamatan dan kehidupan kita. Melalui sabda Tuhan hari ini, kita diingatkan bahwa Allah, dalam diri Yesus, berkuasa dalam mengatasi segala-galanya. Dan untuk memperoleh kehidupan dan keselamatan hidup sekarang maupun kelak, kita harus memiliki iman yang kuat seperti yang dimiliki Yairus dan si wanita penderita pendarahan itu. Iman kuat kita akan menggerakkan belas kasih dan menampakkan kuasa Allah, melalui diri Yesus, untuk menyembuhkan dan menyelamatkan kita. Oleh karena itu, iman harus ditumbuhkembangkan dan menjadi keutamaan dalam kehidupan kita. Rasul Paulus, dalam bacaan kedua, mengajak kita untuk mewujudkan iman tidak hanya dalam bentuk kebiasaan berdoa atau ibadat demi kepentingan pribadi, melainkan juga perbuatan baik bagi kepentingan orang lain.
Semoga masa pandemi ini menjadi kesempatan baik bagi kita untuk memurnikan kembali iman kita. Meski ada halangan karena pandemi ini, kita masih dapat membantu sesama yang menderita. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa Allah akan mewujudkan apa yang kita lakukan. Jika kita saat ini tidak bisa membantu secara natura, uang atau bantuan materi, kita dapat mewujudkan kepedulian meringankan penderitaan orang lain dengan memberi sapaan yang penuh empati, peneguhan atau penghiburan serta doa-doa kita. Dengan tetap mentaati protokol kesehatan, mari kita niatkan untuk membantu sesama kita yang menderita. Dan dengan penuh iman dan pengharapan akan kasih Allah, kita terus datang dan berdoa kepada Allah, memohon kepadaNya semoga penderitaan kita maupun pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Semoga Tuhan mengabulkan doa kita dan memberkati kita semua. Amin. Selamat Berhari Minggu.
Antonius Purbiatmadi
By MBSB
Minggu, 27 Juni 2021
Minggu Biasa XIII
Bacaan: Keb.1:13-15;2:23-24; 2Kor.8:7.9.13-15; Mrk.5:21-43.
Melalui bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini, kita diajak untuk merefleksikan kembali akan kualitas dan sikap iman kita, terutama jika kita menghadapi beban hidup, sakit penyakit berat yang belum sembuh, bahkan situasi kritis yang membawa ke kematian. Secara imani, kita tahu bahwa Allah menciptakan dunia itu baik adanya, tidak ada sakit penyakit atau kematian yang akan menimpa kita. Allah menciptakan segala sesuatu supaya makhluk-makhluk ciptaanNya ini menemukan kebahagiaan dan keselamatan kekal. Namun karena kedengkian setan, maka maut masuk ke dunia dan manusia jatuh ke dalam keberdosaan (bdk. Keb.2:24). Itulah rancangan kehidupan yang digambarkan dalam Kitab Kebijaksanaan, sebagaimana kita dengarkan melalui bacaan pertama. Lalu, bagaimana dengan kenyataannya dalam kehidupan kita sekarang ini?
Kita pasti memiliki pengalaman menderita, tidak hanya menderita karena sakit penyakit yang lama tidak sembuh, tetapi juga menderita karena beban hidup kita saat ini. Seperti di masa pandemi ini, kita semua menghadapi ancaman “kematian”, bukan saja kematian dalam arti meninggal dunia akibat sakit penyakit, pandemi atau lainnya, melainkan kematian akan sumber pendapatan keluarga akibat hilangnya pekerjaan, yang menimbulkan kesulitan kita untuk mencukupi kebutuhan harian atau kebutuhan lainnya.
Menyikapi seperti situasi saat ini, mari kita mendalami tentang sikap iman, sebagaimana yang dikisahkan dalam Injil hari ini, yakni tentang kesembuhan anak Yairus yang sakit dan seorang wanita penderita pendarahan dari bahaya kematian. Mereka sembuh, karena Yesus sendiri mengatakan “Jangan takut, percaya saja!” (bdk. Mrk. 5:36), untuk meneguhkan hati Yairus yang mendengar anaknya sudah mati (bdk. Mrk. 5:35), dan menanggapi sikap tulus atas kejujuran dari wanita penderita pendarahan itu. Yesus melihat bahwa iman mereka kepadaNya, yang telah menyelamatkan dan menyembuhkan mereka dari penyakitnya (bdk. Mrk. 5:34, 42).
Dengan mengacu pada pengalaman Yairus dan wanita penderita pendarahan itu, jika kita mengalami persoalan hidup yang berat, maka yang harus kita lakukan adalah kita datang (bdk. Mrk. 5:22) atau mendekatkan diri kepada Yesus (bdk. Mrk. 5:27) dan memohon dengan sangat kepadaNya (bdk. Mrk. 5:24) untuk menghilangkan beban berat kita. Dan ketika kita datang kepadaNya, kita harus punya iman bahwa Yesus mampu menyembuhkannya, bukan karena Yesus itu seorang tabib atau nabi, tetapi karena ada daya dalam diri Yesus, yang bersumber dari Allah, karena Yesus adalah Anak Allah (bdk. Mrk.5:28). Sikap iman yang demikianlah, yang membuat Allah, melalui diri Yesus, menganugerahkan apa yang diperlukan umatNya sesuai dengan tujuan dan kehendak Allah sendiri.
Dari kisah penyembuhan itu, kita bisa temukan hal utama yang menjadi kekuatan hidup kita, yaitu bahwa iman itu adalah dasar keselamatan dan kehidupan kita. Melalui sabda Tuhan hari ini, kita diingatkan bahwa Allah, dalam diri Yesus, berkuasa dalam mengatasi segala-galanya. Dan untuk memperoleh kehidupan dan keselamatan hidup sekarang maupun kelak, kita harus memiliki iman yang kuat seperti yang dimiliki Yairus dan si wanita penderita pendarahan itu. Iman kuat kita akan menggerakkan belas kasih dan menampakkan kuasa Allah, melalui diri Yesus, untuk menyembuhkan dan menyelamatkan kita. Oleh karena itu, iman harus ditumbuhkembangkan dan menjadi keutamaan dalam kehidupan kita. Rasul Paulus, dalam bacaan kedua, mengajak kita untuk mewujudkan iman tidak hanya dalam bentuk kebiasaan berdoa atau ibadat demi kepentingan pribadi, melainkan juga perbuatan baik bagi kepentingan orang lain.
Semoga masa pandemi ini menjadi kesempatan baik bagi kita untuk memurnikan kembali iman kita. Meski ada halangan karena pandemi ini, kita masih dapat membantu sesama yang menderita. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa Allah akan mewujudkan apa yang kita lakukan. Jika kita saat ini tidak bisa membantu secara natura, uang atau bantuan materi, kita dapat mewujudkan kepedulian meringankan penderitaan orang lain dengan memberi sapaan yang penuh empati, peneguhan atau penghiburan serta doa-doa kita. Dengan tetap mentaati protokol kesehatan, mari kita niatkan untuk membantu sesama kita yang menderita. Dan dengan penuh iman dan pengharapan akan kasih Allah, kita terus datang dan berdoa kepada Allah, memohon kepadaNya semoga penderitaan kita maupun pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Semoga Tuhan mengabulkan doa kita dan memberkati kita semua. Amin. Selamat Berhari Minggu.
Antonius Purbiatmadi
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Sat Dec 24 2022, 15:35 by Admin
» 1Desember 2022 .Ulang tahun Perkawinan
Sat Dec 03 2022, 13:15 by Admin
» Kalender Liturgi 6 September 2022
Sat Sep 03 2022, 10:41 by Paskalis
» Kalender Liturgi 5 September 2022
Sat Sep 03 2022, 10:06 by Admin
» Kalender Liturgi 4 September 2022
Sat Sep 03 2022, 10:03 by Admin
» Kalender Liturgi 3 Sepyember 2022
Sat Sep 03 2022, 10:01 by Admin
» Bacaan Injil 2 September 2022
Fri Sep 02 2022, 12:51 by Admin
» Ulang Tahun Kelahiran Minggu,28 Agustus 2022
Sun Aug 28 2022, 10:42 by Admin
» Bacaan Injil 28 Agustus 2022
Sun Aug 28 2022, 10:40 by Admin